Sinopsis Gangaa episode 301 by Meysha Lestari.

Sinopsis Gangaa episode 301 by Meysha Lestari. Sagar melaju dengan mobilnya meninggalkan Gangaa begitu saja. Gangaa cepat-cepat mengambil sepedanya dan bergegas mengejar Sagar pulang. Entah berapa cepat Gangaa mengayuh, yang jelas saat Sagar turun dari mobilnya, Gangaa sudah muncul di belakang. Karena ngebut, Gangaa hilang keseimbangan dan terjatuh. Melihat itu, Sagar segera berlari menolongnya. Tentu saja sambil menegur Gangaa. Kata Sagar, “mengapa kau naik sepeda begitu cepat?” Gangaa menyahut, “kau yang membuat aku melaju cepat-cepat.” Sagar bertanya tak percaya, “aku? Kok bisa aku?..”

Pertengkaran pun terjadi. Sagar menyalahkan Gangaa karena telah mencuranginya, “semua terjadi karena dirimu. Kau lebih memilih mendukung pria itu dari pada aku!” Gangaa membela diri, “aku tidak tahu kalau pengacara pembela itu adalah kau.” Sagar kesal, “lalu mengapa kau tidak memberitahu aku?” Gangaa menjawab, “aku sudah coba memberitahu mu, tapi kau tak mendengarnya. Mengapa pula kau menyalahkan aku atas kekalahanmu?”


Sagar menyahut, “aku memang menyalahkan mu. Karena kau itu kelemahanku! Kau kelemahanku Gangaa! Kalau kau menghormati persahabatan kita sedikit saja maka kau harus berhenti magang.” Gangaa protes, “bagaimana bisa aku melakukan itu? Aku baru saja bergabung dengan tuan Palash.” Sagar meradang mendengarnya, “apakah Palash begitu berarti bagimu? Ini adalah aturan persahabatan. Kau tidak boleh bergabung dengan musuh temanmu.” Gangaa gusar, bingung mau berbuat apa. Tapi atas desakan Sagar dan karena tidak ingin ada masalah lagi antara mereka, akhirnya Gangaa mengalah dan menelpon Palash. Gangaa memberitahu Palash kalau dirinya ingin bertemu untuk membicarakan sesuatu yang penting. Palash meminta Gangaa pergi ke suatu tempat. Gangaa setuju. Selesai Gangaa menelpon, Sagar pergi meninggalkannya tanpa berkata sepatah katapun.

Maharaj sedang membersihkan buku-buku lama atas permintaan Niru. Niru menemukan album foto lama. Dia membuka album foto itu dan mengingat kenangannya satu persatu. Pulkit hendak pergi kerja. Supriya mengantarnya. Pulkit mengingatkan Supriya agar meminum pilnya. Supriya mengangguk dan meminta Pulkit agar tidak pulang terlambat, “aku rasanya ingin makan mangga muda. Bisakan kau mendapatkannya untukku?” Pulkit berkata kalau dirinya ada meeting, “aku tidak bisa pulang awal, dan lagi, mangga muda tidak bagus untuk tenggorokanmu.” Supriya merayunya dengan wajah memelas. Akhirnya Pulkit menyerah dan setuju untuk membawakan mangga sepulang dia kerja.
Supriya melihat Niru dan Maharaj mendengarkan pembicaraan mereka. Lalu dengan sengaja Supriya berkata pada Maharaj, “Maharaj, aku tidak bisa meminta siapapun untuk melakukan sesuatu untukku dalam rumah ini. Apa yang harus kulakukan selain menunggu kalau suamiku sedang sibuk.” Maharaj bertanya, “apa yang kau butuhkan ,nak?” Supriya menatap Niru berharap mertuanya itu mengatakan sesuatu. Tapi melihat Niru diam saja, Supriya menjawab, “aku tidak membutuhkan apa-apa..” lalu pergi dengan memasang wajah pura-pura kecewa. Niru melihat itu semua.

Madhvi datang untuk memberitahu sesuatu pada Maharaj. Niru menahannya dengan bertanya, “Madhvi, apakah kau dulu seperti ingin makan yang masam-masam saat hamil Sagar?” Madhvi tersenyum dan duduk di samping Niru, “ya. Ketika aku memintamu untuk membawakannya, kau bilang sibuk dan akan membawanya nanti sore sepulang kerja.” Niru termenung, “ternyata anak-anakku sama bodohnya dengan aku.” Mahdvi bertanya, “mengapa kau menanyakan itu?” Niru menunjukan album foto di depannya, di mana terdapat foto masa kecil Sagar dalam pangkuan Madhvi. Keduanya lalau berbincang-bincang tentang masa lalu. Supriya mengintip dari balik pintu dan tersenyum.

Niru pergi kepasar untuk membeli mangga muda. Saat pulang, dia langsung pergi diam-diam ke seberang tali dan meletakkan mangaa yang di bawanya diatas meja. Supriya mengintip apa yang di lakukan mertuanya dari atas sambil tersenyum. Saat Niru menatap ke atas, Supriya cepat-cepat bersembunyi. Setelah itu Niru kembali ke tempatnya semula sebelum ada yang melihat apa yang di lakukannya. Ketika maharaj datang, Niru sudah duduk sambil membaca surat kabar.


Supriya turun dari lantai atas dan melihat bungkusan di meja. Dia sangat senang melihat mangga muda. Supriya pura-pura bertanya pada Maharaj siapa yang telah membawakan mangga itu, “apakah paman yang telah membawakannya?” Maharaj menggeleng, “bukan nak.” Supriya pura-pura berpikir dan berkata, “oh mungkin Pulkit yang membawanya. Aku telah memarahi dia tanpa alasan pagi ini.” Supriya lalu membalikan badan hendak pergi. Niru yang mendengar apa yang di katakan Supriya terlihat kesal sedikit dan berguman protes, “mana Pulkit ingat? Aku yang melakukan semuanya dan dia yang mendapat pujian. Tak ada yang perduli pada ayah mertua. Aku juga tidak akan melakukan apapun untuk orang lain lagi mulai sekarang.” Supriya tersenyum dan membatin, “aku akan memastikan kalau tali ini tidak akan lagi menjadi pemisah antara kita. Aku akan menunggu untuk melihat apa yang akan papa lakukan…”

PREV   1  2