Sinopsis Gangaa episode 318 by Meysha Lestari. Gangaa histeris memanggil Sagar. Maharaj memegang tanganya, "Gangaa..! Apa yang kau lakukan?" Gangaa tersadar. Dia menatap sekeliling ruangan dan menangis. Maharaj menenangkan Gangaa, "jangan menangis, nak. Tidak seorangpun yang mengerti apa yang di inginkan tuhan. Kita tidak bisa merubah apa yang sudah di takdirkan...." Gangaa bertanya, "apa sebenarnya yang di inginkan tuhan, Maharaj ji? Apa keinginannya? tolong tanyakan padanya! Janvi meninggalkan kita tapi melimpahkan kesalahan pada Sagar. Mengapa? Mengapa tak seorangpun dari kita yang dapat melihat badai yang membakar dalam kepalanya? Dia hancur dari dalam. Mengapa tak seorangpun dari kita melihatnya? Apapun yang Janvi lakukan dengan hidupnya adalah sangat buruk, tapi mengapa dia memberi hukuman sebesar ini pada Sagar.." Gangaa menangis tersedu-sedu..
Maharaj ikut menangis. Dia mengerti apa yang di pikirkan Gangaa, tapi tak tahu harus berkata apa. Gangaa melanjutkan, "aku yakin bahwa Sagar akan bebas karena dia tidak bersalah. Tapi bagaimana dia akan membebaskan diri dari rasa sakit yang di rasakannya? Dari perasaan bersalah? Dia hancur dari dalam. AKu tahu itu. Tapi aku tidak bis amelakukan apa-apa meski aku ingin. AKu bis amerasakan kesakitannya, tapi bagaimana ini bisa membantu? Aku tidak membetulkan. Apa yang harus aku lakukan Maharaj ji?" Gangaa mengusap air matanya dengan hati pilu. Gangaa berpikir kalau Sagar adalah pelakunya, maka dirinya juga pelakunya, "mengapa hanya dia yang di salahkan? Kami seharusnya berbagi penderitaan ini sama rata. Mengapa tuhan tidak memberikan sebagian kesakitan Sagar, padaku? agaimana aku akan bisa melihat dia seperti ini? AKu tak bisa melihatnya seperti ini! Tidak bisa...!" Maharaj menenangkan Gangaa, "kendalikan dirimu, nak. Tuhan akan mengembalikan segalanya seperti sedia kala."
Paginya. Yadav Ji menemui keluarga Chaturvedi di penjara untuk membeirtahu mereka kalau mereka mendapatkan surat jaminan. Semua terlihat sedikit lega. Niru mengucapkan terima kasih padanya. Pulkit bertanya pada inspektur akan keadaan Supriya. Inspektur menjawab, "dia baik-baik saja. Dia akan keluar dari rumah sakit sekarang. Kalian semua boleh keluar dan harus menandatangani surat jaminan.." Inspejtur membuka pintu sel. Madhvi dan nenek keluar dari selnya. Begitu juga Niru dan Pulkit. Mereka mengikuti Yadav Ji. Sagar masih termenung. Saat dia hendak keluar, inspektur cepat-cepat menutup pintu sel dan berkata, "kau harus tinggal di sini. Permohonan jaminanmu telah di tolak oleh pengadilan." Sagar tertegun, tapi tidak protes. Inspektur hendak pergi ketika Sagar berkata, "tidak apa-apa inspektur. Keluargaku akan pulang. Itu sudah cukup bagiku. Mereka tidak bersalah. Mereka tidak melakukan apapun. Jadi, terima kasih!" Inspektur mengangguk paham. Dan bergegas pergi.
Niru dan keluarganya pergi ke kantor untuk menandatangani surat jaminan. Raghav Ji memberitahu Niru kalau dia mendapatkan jaminan untuk mereka dengan susah payah, "track record anda telah sangat membantu." Niru meminta maaf pada Yadav atas semua masalah yang di hadapinya, "maafkan aku Yadav, aku telah merepotkanmu." Yadav tersenyum dan menunjuk pada surat janiman untuk di tandatangani. Pulkit meminta agar di izinkan tanda tangan lebih dulu. Nenek dan Madhvi mengangguk. Niru mengizinkan. Niru memberitahu semua kalau Pulkit mencemaskan istrinya SUpriya. Raghav ji mengullurkan kertas jaminan pada Pulkit. Pulkit segera menandatanganinya, lalu menyerahkan kertas itu pada nenek dan bergegas pergi. Nenek tanda tangan, lalu Madhvi. Setelah itu niru.
Inpektur muncul seorang diri. Nenek mencari-cari Sagar, "cucuku mana?" Mahdvi menatap sekeliling, "iya, Sagar mana?" Niru juga bertanya pada inspektur, "Sagar mana inspektur?" Nenek juga bertanya, "kak inspektur, cucuku mana?" Yadav menjawab, "maaf Niranjan Ji, aku tidak bisa mengusahakan surat jaminan untuk Sagar." Semua oarang terkejut. Yadav mejelaskan, "kau tahu kan betapa rumitnya kasus ini. Ada nama Sagar dalam surat bunuh diri Janvi. Kami sudah memohon pada tuan Hakim tapi dia tidak mau mendengarkan kami. Dia menolak menandatangani surat jaminan Sagar."
Nenek dengan heran bertanya, "apakah tuan hakim berpikir kalau Sagar yang melakukan ini? Tidak mungkin! Sagar tidak bersalah. Dia tidak mungkin melakukan ini! Dia tidak mungkin melakukan hal ini! Dia tidak mungkin membunuh orang. Tuhan saksinya! Sagar tidak bersalah!" Mendengar nenek histeris, Madhvi jadi panik, "ibu benar. Sagar tidak mungkin melakukan ini. Aku tidak akan peri meninggalkan dia..." Madhvi menoleh pada Niru, "bicaralah pada orang-orang ini dan katakan pada mereka bahwa Sagar tidak mungkin melakukan ini. Jika mereka tidak mau membebaskan Sagar, maka kami tidak akan pergi."
Niru coba memberi pengertian pada Madhvi dan nenek, "...kita tdiak akan bisa membuktikan apa-apa dengan berdiam di sini. Kita akan mengajukan banding di pengadilan tinggi. Kita punya hak untuk menentar perintah ini. Setelah itu kita akan lihat apa yang akan terjadi." Nenek memprotes Niru karena mneyerah semuda itu, "apa ini keadilan kalau kau harus membuktikan orang yang tidak bersalah tidak bersalah? kau sama sekali tidak simpati pada anakmu. kau maish mengajari kami tentang hukum! AKu tak bisa menerima ini!" Niru coba memberi penjelasan, tapi nenek mnolak, "aku tidak akan membiarkan Sagar tinggal di sini sendirian. AKu tidak akan peri tanpaa dia. Di mana dia?" Nenek hendak pergi menemui Sagar, tapi isnpektur menghalanginya, "anda tidak di perkenankan menemui dia." Nenek memaksa, "aku tidak bis amenemui Sagarku? kenapa?..." Inspektur meminta Niru memberi pengertian pada nenek, "anda tahu.. anda tidak boleh menemui Sagar sekarang.." Nenek masih tidak terima, "kenapa begini Niru?" Niru mengelus pundak nenek, "dengarkan dia, kumohon...!" Niru menatap nenek dengan tatapan memohon. Nenek pun menyerah, meski tidak rela.
Gangaa menemui Sagar di penjara. Gangaa melihat Sagar berdiri membelakanginya sambil menatap dinding. Gangaa menangis sedih. SIpir membukakan pintu sel. Sagar terkejut mendengar suara derit pintu. Dia cepat-cepat menoleh. Gangaa melangkah kedalam sel dan berdiri di hadapan Sagar. Keduanya saling menatap. Sagar bertanya, "kau pergi kemana saja? Kau tahu betapa aku merasa benar-benarsendirian tanpa mu? AKu peri jauh tapi tidak bisa menangani diriku sendiri. Kau mengambil waktu begitu lama. Kemana kau pergi?" Gangaa menjawab, "mau peri kemana lagi? Aku ada di sini, bersamamu sepanjang waktu. AKu juga menanggung rasa sakit ini bersamamu. Ingatkah kau bagaimana kita pernah berjanji akan saling berbagi segalanya sama rata?" Sagar berkata, "alu tidak sanggup menanggungnya lagi...!" Keduanya lalu menghambur ke arah satu sama lain dan saling memeluk. Gangaa memeluk Sagar dengan erat, begitu pula sebaliknya. Keduanya saling menanggis.